Jumat, 08 Juni 2007

pianis 4 jari....

Terlahir cacat bukan berarti kiamat. Itulah yang mau dibagikan oleh Hee Ah Lee, pianis berjari empat, yang pada Sabtu (31/3) lalu akan menggelar konser bertema “Sharing the Strength”. Konser yang dipromotori oleh EBM Corporation dan Deocomm ini akan menjadi kesaksian hidup Hee Ah Lee, yang berhasil mengatasi kecacatannya, sehingga pengalaman ini bisa ditularkan kepada banyak orang. “Para penonton di Jakarta mendapat kesempatan langka mendengarkan, mencintai, dan belajar langsung dari pianis empat jari yang ternama ini,” kata Israwan Temasmiko, ketua panitia konser ini, kepada SH.Memang, konser ini, dan berbagai konsernya yang lain di banyak tempat, hanyalah ujung dari sebuah perjuangan panjang dan berat yang dilewati Hee Ah Lee. Dia mulai belajar piano pada usia enam tahun, dan butuh waktu enam bulan hanya demi menyesuaikan diri dengan suara. Ini karena dia langsung mengalami pusing ketika harus menghapal nada lebih dari lima menit. Namun, itu semua bisa dilewatinya dan bahkan dia dapat mewujudkan mimpi bisa konser bersama pianis kenamaan, Richard Clayderman di Gedung Putih. Israwan mau berpayah-payah menggelar konser ini di Jakarta karena dua alasan, yakni kekaguman terhadap orang yang terbatas, cacat, tapi mau berbagi, dan ungkapan kekaguman kepada ibunya. Dalam konser ini, Hee Ah Lee membawakan musik klasik karya komposer besar, seperti Chopin, Schubert, Mozart, dan juga beberapa lagu pop, seperti My Heart Will Go On, Love Story, dan My May.Hee Ah Lee lahir di Seoul, Korea Selatan, pada 9 Juli 1985. Sejak lahir dia cacat, yakni hanya memiliki dua buah jari pada setiap tangannya (lobster claw syndrome) dan dia pun tidak punya lutut, selain juga menderita down syndrome. Diduga dia cacat karena ayahnya, yang veteran militer, banyak mengonsumsi obat untuk mengobati sakit. Ayahnya meninggal sejak dia kecil, sehingga dia diurus oleh ibunya yang bekerja sebagai perawat. Ibunya yang “memaksa” Hee Ah Lee belajar piano, meski jarinya hanya empat, pada usia enam tahun dan tujuannya memang bukan menjadikan dia seorang pianis, melainkan demi memperkuat jari-jarinya, yang ketika itu untuk memegang pensil saja tidak kuat. Hee sendiri sekolah di SLB. Namun, belakangan piano malah menjadi sumber inspirasi dan sahabatnya. Bersama piano dia mendapatkan kepercayaan diri dan pelepasan, dan dari sini dia bertemu, berkenalan, dan berteman dengan banyak orang di berbagai belahan dunia.Dalam jumpa pers sebelumnya, musisi Adhie MS yang membahas nomor-nomor yang dimainkan Hee Ah Lee juga menyatakan kekaguman, karena ada lagu-lagu yang oleh pianis berjari lengkap saja sulit dimainkan, tetapi bisa dilalap oleh Hee yang hanya berjari empat. Hee Ah Lee, setelah menggelar konsernya di Balai Kartini, Sabtu (31/3) malam kemarin, juga memberikan kesaksian hidupnya di Korean Church pada kebaktian hari Minggu (1/4) kemarin, sebelum kembali ke negaranya. Dia sering berkeliling dunia, antara lain karena permintaan dari banyak gereja untuk memberi kesaksian hidupnya.(fis)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Gostei muito desse post e seu blog é muito interessante, vou passar por aqui sempre =) Depois dá uma passada lá no meu site, que é sobre o CresceNet, espero que goste. O endereço dele é http://www.provedorcrescenet.com . Um abraço.