Sabtu, 03 Maret 2007

terumbu karang indonesia.....

Kekayaan terumbu karang Indonesia yang berkualitas sangat baik dan baik tinggal 6,04% dari total 85.707 kilometer persegi. Sedangkan yang sangat buruk mencapai 39,86% karena penangganan yang tidak benar. Elshinta Suyoso-Marsden dari Yayasan Laut Lestari Indonesia (YLLI) di Jakarta, Jumat, mengatakan, kondisi tersebut hendaknya jangan berlanjut. "Harus ada yang berbuat dan harus lebih banyak yang peduli agar kerusakan tidak semakin parah," katanya. Indonesia sebagai negara bahari memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Di kedalaman laut Indonesia tersimpan aneka macam hayati, seperti 450 jenis kerang batu, 2500 jenis moluska, 1512 jenis krustasea, 850 jenis spon, 745 jenis ekinodermata, 2.334 jenis ikan, 30 jenis mamalia laut dan 38 jenis reptilia laut.
''Jika semua itu ditambahkan dengan kandungan mineral dibawahnya, kekayan itu akan semakin berlipat-lipat," kata Elshinta. Kekayaan itu kini terancam punah karena adanya eksploitasi sumberdaya berlebihan dan penggunaan cara-cara tidak terpuji dalam mengambil hasil laut dengan menggunakan bom, racun dan pembangunan yang tidak mempedulikan kelestarian alam. Tahun 2004, YLLI mengadakan program Inisiatif Keberlanjutan Alam Nelayan (IKAN) Nusantara di Sangihe-Talaud (Satal) sebagai kelanjutan dari Mekanisme Konsultasi Publik (MKP) Satal sejak 2001. Di Satal terdapat 128 pulau dan 44 diantaranya berpenghuni. Di seputaran kepulauan Satal terdapat 445 jenis karang keras dari 70 genus dan 1.020 spesies ikan, sementara potensi kerusakannya alamnya juga tidak kecil.
Untuk memberi pemahaman kepada masyarakat di sekitarnya dan kalangan terpelajar (mahasiswa) YLLI mengadakan Kuliah Lapangan Musim Panas pada 8 Juli hingga 6 Agustus 2004 di Sangihe Talaud, Sulut, dengan melibatkan sekitar 30 mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Manado dan mahasiswa dari sejumlah universitas di kawasan timur Indonesia. Kuliah musim panas itu untuk memberi pengenalan kepada mahasiswa tentang pulau terluar atau biasa disebut pulau terpencil atas fungsi dan nilai strategisnya bagi bangsa, termasuk nilai ekonomi, pariwisata dan penjagaan kelestariannya. Kuliah itu disetarakan dengan empat SKS bagi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Keluatan Unsrat tahun terakhir. Pada minggu pertama mereka akan dibekali dengan pembekalan umum, minggu kedua dan ketiga pengumpulan data lapangan dan diakhir dengan presentasi serta diskusi dengan melibatkan masyarakat setempat. Kuliah tersebut juga diharapkan bisa meningkatkan potensi dalam mengelola wilayah pulau-pulau kecil di perbatsan utara Nusantara secara berkelanjutan dan terpadu. (Ant/O-