Jumat, 08 Juni 2007

pianis 4 jari....

Terlahir cacat bukan berarti kiamat. Itulah yang mau dibagikan oleh Hee Ah Lee, pianis berjari empat, yang pada Sabtu (31/3) lalu akan menggelar konser bertema “Sharing the Strength”. Konser yang dipromotori oleh EBM Corporation dan Deocomm ini akan menjadi kesaksian hidup Hee Ah Lee, yang berhasil mengatasi kecacatannya, sehingga pengalaman ini bisa ditularkan kepada banyak orang. “Para penonton di Jakarta mendapat kesempatan langka mendengarkan, mencintai, dan belajar langsung dari pianis empat jari yang ternama ini,” kata Israwan Temasmiko, ketua panitia konser ini, kepada SH.Memang, konser ini, dan berbagai konsernya yang lain di banyak tempat, hanyalah ujung dari sebuah perjuangan panjang dan berat yang dilewati Hee Ah Lee. Dia mulai belajar piano pada usia enam tahun, dan butuh waktu enam bulan hanya demi menyesuaikan diri dengan suara. Ini karena dia langsung mengalami pusing ketika harus menghapal nada lebih dari lima menit. Namun, itu semua bisa dilewatinya dan bahkan dia dapat mewujudkan mimpi bisa konser bersama pianis kenamaan, Richard Clayderman di Gedung Putih. Israwan mau berpayah-payah menggelar konser ini di Jakarta karena dua alasan, yakni kekaguman terhadap orang yang terbatas, cacat, tapi mau berbagi, dan ungkapan kekaguman kepada ibunya. Dalam konser ini, Hee Ah Lee membawakan musik klasik karya komposer besar, seperti Chopin, Schubert, Mozart, dan juga beberapa lagu pop, seperti My Heart Will Go On, Love Story, dan My May.Hee Ah Lee lahir di Seoul, Korea Selatan, pada 9 Juli 1985. Sejak lahir dia cacat, yakni hanya memiliki dua buah jari pada setiap tangannya (lobster claw syndrome) dan dia pun tidak punya lutut, selain juga menderita down syndrome. Diduga dia cacat karena ayahnya, yang veteran militer, banyak mengonsumsi obat untuk mengobati sakit. Ayahnya meninggal sejak dia kecil, sehingga dia diurus oleh ibunya yang bekerja sebagai perawat. Ibunya yang “memaksa” Hee Ah Lee belajar piano, meski jarinya hanya empat, pada usia enam tahun dan tujuannya memang bukan menjadikan dia seorang pianis, melainkan demi memperkuat jari-jarinya, yang ketika itu untuk memegang pensil saja tidak kuat. Hee sendiri sekolah di SLB. Namun, belakangan piano malah menjadi sumber inspirasi dan sahabatnya. Bersama piano dia mendapatkan kepercayaan diri dan pelepasan, dan dari sini dia bertemu, berkenalan, dan berteman dengan banyak orang di berbagai belahan dunia.Dalam jumpa pers sebelumnya, musisi Adhie MS yang membahas nomor-nomor yang dimainkan Hee Ah Lee juga menyatakan kekaguman, karena ada lagu-lagu yang oleh pianis berjari lengkap saja sulit dimainkan, tetapi bisa dilalap oleh Hee yang hanya berjari empat. Hee Ah Lee, setelah menggelar konsernya di Balai Kartini, Sabtu (31/3) malam kemarin, juga memberikan kesaksian hidupnya di Korean Church pada kebaktian hari Minggu (1/4) kemarin, sebelum kembali ke negaranya. Dia sering berkeliling dunia, antara lain karena permintaan dari banyak gereja untuk memberi kesaksian hidupnya.(fis)

pesona bawah laut....

Kabupaten Raja Ampat
ANDA penikmat panorama kehidupan bawah laut? Coba bandingkan lokasi yang Anda ketahui dengan kawasan laut di Kabupaten Raja Ampat. Kekaguman pasti segera terlontar. Selain panorama indah di atas permukaan laut, biota di dalam laut pun menjanjikan keindahan. Berbagai jenis ikan bermacam ukuran dan warna hilir mudik tiada henti. Beraneka ragam karang keras dan lunak menambah semarak kehidupan.
RAJA Ampat terletak di ujung paling barat Pulau Papua. Informasi keindahan alam kabupaten ini tidak ditemui dalam buku panduan wisata reguler di Indonesia. Segala cerita dan foto mengenai daerah ini justru berasal dari dunia maya: Internet. Orang- orang bule yang berprofesi sebagai peneliti kehidupan laut, penyelam profesional, fotografer atau turis biasa membuat situs tentang kabupaten ini.
Karena keindahan alamnya, Raja Ampat menjadikan pariwisata-terutama wisata bahari-sebagai salah satu andalan kegiatan ekonomi. Saat ini ada satu perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang mengembangkan wisata bahari di Raja Ampat. Sebagian besar yang datang menikmati panorama alam Raja Ampat adalah warga asing.
Kabupaten Raja Ampat merupakan pemekaran Kabupaten Sorong. Kabupaten ini resmi menjadi daerah otonom pada 12 April 2003. Luas wilayahnya lebih kurang 46.000 kilometer persegi. Sekitar 85 persen merupakan luas laut. Sisanya, sekitar 6.000 kilometer persegi, merupakan daratan. Kabupaten ini memiliki 610 pulau. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau, hanya 35 pulau yang berpenghuni. Pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama.
Karena begitu banyak pulau tidak berpenghuni, tidak jarang warga negara lain memanfaatkan keberadaan pulau itu. Kepulauan Asia, misalnya, yang terdiri atas Pulau Fani, Igi, dan Miarin. Kepulauan itu merupakan bagian Kecamatan Ayau, wilayah paling utara Kabupaten Raja Ampat. Daerah ini berbatasan dengan Negara Palau. Pulau-pulau yang terpencil itu sering dimanfaatkan sebagai tempat berlindung dari badai oleh nelayan-nelayan Filipina.
Sebagai daerah kepulauan, satu-satunya transportasi antarpulau dan penunjang kegiatan masyarakat Raja Ampat adalah angkutan laut. Demikian juga untuk menjangkau Waisai, ibu kota kabupaten. Bila menggunakan pesawat udara, lebih dulu menuju Kota Sorong. Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut. Sarana yang tersedia adalah kapal cepat berkapasitas 10, 15, atau 30 orang. Dengan biaya sekitar Rp 2 juta, Waisai dapat dijangkau dalam waktu 1,5 hingga dua jam.
Penduduk kabupaten ini tersebar di 88 kampung dan 10 distrik. Penggunaan nama kampung dan distrik sesuai dengan nomenklatur UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.
Sebagian besar (80 persen) penduduk bekerja sebagai nelayan. Sesuai dengan kondisi geografisnya, selain pariwisata, Raja Ampat juga mengandalkan perikanan dan kelautan.
Hampir semua wilayah perairan pantai dan laut di Kepulauan Raja Ampat berpotensi untuk pengembangan perikanan tangkap dan budidaya. Komoditas unggulan perikanan tangkap antara lain ikan tuna, cakalang, tenggiri, kerapu, napoleon wrasse, kakap merah, teripang, udang, dan lobster.
Daerah penangkapan ikan kerapu dan napoleon berada di perairan Waigeo Utara, Barat, dan Selatan, serta Kepulauan Ayau, Batanta, Kofiau, dan Misool. Teripang dan ikan tenggiri mudah ditemukan di hampir seluruh perairan kabupaten ini. Lobster banyak diperoleh di Waigeo, Misool, dan Kofiau. Cumi-cumi banyak ditemukan di Misool dan Waigeo Selatan.
Sayangnya, kabupaten ini belum mempunyai data produksi perikanan di wilayahnya. Kontribusi hasil perikanan bisa dilihat dari jumlah nilai yang diberikan Raja Ampat kepada Sorong saat daerah ini masih bagian Kabupaten Sorong. Ketika itu, dari hasil kegiatan ekonomi di usaha perikanan, setiap tahun Sorong menerima tidak kurang dari Rp 1,5 miliar.
Ikan hasil tangkapan nelayan selain konsumsi lokal juga dipasarkan ke daerah lain. Daerah tujuan bagi pemasaran teripang, rumput laut, serta cumi- cumi kering dan ikan teri kering adalah Makassar, Surabaya, dan Jakarta. Adapun lobster juga dikirim ke Bali.
Di pasar, harga ikan kerapu dan napoleon sekitar Rp 125.000 per kilogram (kg). Teripang Rp 30.000-Rp 150.000 per kg, sedangkan harga lobster Rp 40.000-Rp 60.000 per kg.
Perikanan budidaya yang menjadi komoditas unggulan saat ini adalah mutiara dan rumput laut. Ada lima perusahaan yang mengembangkan budidaya mutiara secara modern di kabupaten ini. Tiga di antaranya adalah PMA, sisanya adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Lokasi budidaya mutiara terdapat di Distrik Misool, Waigeo Barat, Waigeo Selatan, dan Batanta. Selain dijual ke pasar domestik, hasil budidaya mutiara diekspor ke Australia, Selandia Baru, Cina, dan Jepang.
Berdasarkan potensi masing- masing distrik, pemerintah kabupaten merencanakan pengembangan wilayah untuk empat sektor, yaitu pariwisata, perkebunan, pertambangan, dan perikanan.
Pariwisata, terutama wisata bahari, akan dikembangkan di Pulau Kofiau, Misool, Waigeo Selatan dan Barat, serta Kepulauan Ayau. Perkebunan dengan komoditas utama kelapa dalam dan kelapa sawit akan dipusatkan di Pulau Pam, Kofiau, dan Salawati. Kegiatan pertambangan dipusatkan di Pulau Salawati, Waigeo, Gag, Batanta, dan Misool. Di Salawati terdapat potensi batu bara dan migas. sedangkan Waigeo dan Gag memiliki nikel. Sementara itu, Batanta dan Misool masing-masing menyimpan potensi emas dan bahan baku pembuatan semen, sedangkan kegiatan perikanan diarahkan ke Kepulauan Ayau, Waigeo, Batanta, Salawati, dan Kofiau.

rahasia lubang hitam...

MUNGKIN tidak ada objek astronomi yang sepopuler lubang hitam (black hole). Di dalam arena diskusi dengan masyarakat luas di setiap kesempatan, pertanyaan mengenai objek eksotik yang satu ini seakan tidak pernah lupa untuk dilontarkan. Siapa sangka, istilah yang pertama kali diberikan oleh John Archibald Wheeler pada 1969 sebagai ganti nama yang terlalu panjang, yaitu completely gravitational collapsed stars, ini menjadi sedemikian akrab di kalangan awam sekalipun?
Konsep lubang hitam pertama kali diajukan oleh seorang matematikawan-astronom berkebangsaan Jerman, Karl Schwarzschild, pada tahun 1916 sebagai solusi eksak dari persamaan medan Einstein (Relativitas Umum). Penyelesaian berupa persamaan diferensial orde dua nonlinear--yang dihasilkan Schwarzschild hanya dengan bantuan pensil dan kertas kala itu--sangat memikat Einstein. Pasalnya, relativitas umum yang bentuk finalnya telah dipaparkan Einstein di Akademi Prusia pada 25 November 1915, oleh penemunya sendiri "hanya" berhasil dipecahkan dengan penyelesaian pendekatan. Bahkan dalam perkiraan Einstein, tidak akan mungkin menemukan solusi eksak dari persamaan medan temuannya tersebut.
Istilah lubang hitam sendiri menggambarkan kondisi kelengkungan ruang-waktu di sekitar benda bermassa dengan medan gravitasi yang sangat kuat. Menurut teori relativitas umum, kehadiran massa akan mendistorsi ruang dan waktu. Dalam bahasa yang sederhana, kehadiran massa akan melengkungkan ruang dan waktu di sekitarnya. Ilustrasi yang umum digunakan untuk mensimulasikan kelengkungan ruang di sekitar benda bermassa dalam relativitas umum adalah dengan menggunakan lembaran karet sangat elastis untuk mendeskripsikan ruang 3 dimensi ke dalam ruang 2 dimensi.
Bila kita mencoba menggelindingkan sebuah bola pingpong di atas hamparan lembaran karet tersebut, bola akan bergerak lurus dengan hanya memberi sedikit tekanan pada lembaran karet. Sebaliknya, bila kita letakkan bola biliar yang massanya lebih besar (masif) dibandingkan bola pingpong, akan kita dapati lembaran karet melengkung dengan cekungan di pusat yang ditempati oleh bola biliar tersebut. Semakin masif bola yang kita gunakan, akan semakin besar tekanan yang diberikan dan semakin dalam pula cekungan pusat yang dihasilkan pada lembaran karet.
Sudah menjadi pengetahuan publik bila gerak Bumi dan planet-planet lain dalam tata surya mengorbit Matahari sebagai buah kerja dari gaya gravitasi, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Isaac Newton pada tahun 1687 dalam Principia Mathematica-nya. Melalui persamaan matematika yang menjelaskan hubungan antara kelengkungan ruang dan distribusi massa di dalamnya, Einstein ingin memberikan gambaran tentang gravitasi yang berbeda dengan pendahulunya tersebut. Bila sekarang kita menggulirkan bola yang lebih ringan di sekitar bola yang masif pada lembaran karet di atas, kita menjumpai bahwa bola yang ringan tidak lagi mengikuti lintasan lurus sebagaimana yang seharusnya, melainkan mengikuti kelengkungan ruang yang terbentuk di sekitar bola yang lebih masif. Cekungan yang dibentuk telah berhasil "menangkap" benda bergerak lainnya sehingga mengorbit benda pusat yang lebih masif tersebut. Inilah deskripsi yang sama sekali baru tentang penjelasan gerak mengorbitnya planet-planet di sekitar Matahari a la relativitas umum. Dalam kasus lain bila benda bergerak menuju ke pusat cekungan, benda tersebut tentu akan tertarik ke arah benda pusat. Ini juga memberi penjelasan tentang fenomena jatuhnya meteoroid ke Matahari, Bumi, atau planet-planet lainnya.
Radius kritis
Melalui persamaan matematisnya yang berlaku untuk sembarang benda berbentuk bola sebagai solusi eksak atas persamaan medan Einstein, Schwarzschild menemukan bahwa terdapat suatu kondisi kritis yang hanya bergantung pada massa benda tersebut. Bila jari-jari benda tersebut (bintang misalnya) mencapai suatu harga tertentu, ternyata kelengkungan ruang-waktu menjadi sedemikian besarnya sehingga tak ada satupun yang dapat lepas dari permukaan benda tersebut, tak terkecuali cahaya yang memiliki kelajuan 300.000 kilometer per detik! Jari-jari kritis tersebut sekarang disebut Jari-jari Schwarzschild, sementara bintang masif yang mengalami keruntuhan gravitasi sempurna seperti itu, untuk pertama kalinya dikenal dengan istilah lubang hitam dalam pertemuan fisika ruang angkasa di New York pada tahun 1969.
Untuk menjadi lubang hitam, menurut persamaan Schwarzschild, Matahari kita yang berjari-jari sekira 700.000 kilometer harus dimampatkan hingga berjari-jari hanya 3 kilometer saja. Sayangnya, bagi banyak ilmuwan kala itu, hasil yang diperoleh Schwarzschild dipandang tidak lebih sebagai sebuah permainan matematis tanpa kehadiran makna fisis. Einstein termasuk yang beranggapan demikian. Akan terbukti belakangan, keadaan ekstrem yang ditunjukkan oleh persamaan Schwarzschild sekaligus model yang diajukan fisikawan Amerika Robert Oppenheimer beserta mahasiswanya, Hartland Snyder, pada 1939 yang berangkat dari perhitungan Schwarzschild berhasil ditunjukkan dalam sebuah simulasi komputer.
Kelahiran lubang hitam
Bagaimana proses fisika hingga terbentuknya lubang hitam? Bagi mahasiswa tingkat sarjana di Departemen Astronomi, mereka mempelajari topik ini di dalam perkuliahan evolusi Bintang. Waktu yang diperlukan kumpulan materi antarbintang (sebagian besar hidrogen) hingga menjadi "bintang baru" yang disebut sebagai bintang deret utama (main sequence star), bergantung pada massa cikal bakal bintang tersebut. Makin besar massanya, makin singkat pula waktu yang diperlukan untuk menjadi bintang deret utama. Energi yang dimiliki "calon" bintang ini semata-mata berasal dari pengerutan gravitasi. Karena pengerutan gravitasi inilah temperatur di pusat bakal bintang menjadi meninggi.
Dari mana bintang-bintang mendapatkan energi untuk menghasilkan kalor dan radiasi, pertama kali dipaparkan oleh astronom Inggris Sir Arthur Stanley Eddington. Sir Eddington juga yang pernah memimpin ekspedisi gerhana Matahari total ke Pulau Principe di lepas pantai Afrika pada 29 Mei 1919 untuk membuktikan ramalan teori relativitas umum tentang pembelokan cahaya bintang di dekat Matahari. Meskipun demikian, fisikawan nuklir Hans Bethe-lah yang pada tahun 1938 berhasil menjelaskan bahwa reaksi fusi nuklir (penggabungan inti-inti atom) di pusat bintang dapat menghasilkan energi yang besar. Pada temperatur puluhan juta Kelvin, inti-inti hidrogen (materi pembentuk bintang) mulai bereaksi membentuk inti helium. Energi yang dibangkitkan oleh reaksi nuklir ini membuat tekanan radiasi di dalam bintang dapat menahan pengerutan yang terjadi. Bintang pun kemudian berada dalam kesetimbangan hidrostatik dan akan bersinar terang dalam waktu jutaan bahkan milyaran tahun ke depan bergantung pada massa awal yang dimilikinya.
Semakin besar massa awal bintang, semakin cepat laju pembangkitan energinya sehingga semakin singkat pula waktu yang diperlukan untuk menghabiskan pasokan bahan bakar nuklirnya. Manakala bahan bakar tersebut habis, tidak akan ada lagi yang mengimbangi gravitasi, sehingga bintang pun mengalami keruntuhan kembali.
Nasib akhir sebuah bintang ditentukan oleh kandungan massa awalnya. Artinya, tidak semua bintang akan mengakhiri hidupnya sebagai lubang hitam. Untuk bintang-bintang seukuran massa Matahari kita, paling jauh akan menjadi bintang katai putih (white dwarf) dengan jari-jari lebih kecil daripada semula, namun dengan kerapatan mencapai 100 hingga 1000 kilogram tiap centimeter kubiknya! Tekanan elektron terdegenerasi akan menahan keruntuhan lebih lanjut sehingga bintang kembali setimbang. Karena tidak ada lagi sumber energi di pusat bintang, bintang katai putih selanjutnya akan mendingin menjadi bintang katai gelap (black dwarf).
Untuk bintang-bintang dengan massa awal yang lebih besar, setelah bintang melontarkan bagian terluarnya akan tersisa bagian inti yang mampat. Jika massa inti yang tersisa tersebut lebih besar daripada 1,4 kali massa Matahari (massa Matahari: 2x10 pangkat 30 kilogram), gravitasi akan mampu mengatasi tekanan elektron dan lebih lanjut memampatkan bintang hingga memaksa elektron bergabung dengan inti atom (proton) membentuk netron. Bila massa yang dihasilkan ini kurang dari 3 kali massa Matahari, tekanan netron akan menghentikan pengerutan untuk menghasilkan bintang netron yang stabil dengan jari-jari hanya belasan kilometer saja. Sebaliknya, bila massa yang dihasilkan pasca ledakan bintang lebih dari 3 kali massa Matahari, tidak ada yang bisa menahan pengerutan gravitasi. Bintang akan mengalami keruntuhan gravitasi sempurna membentuk objek yang kita kenal sebagai lubang hitam. Bila bintang katai putih dapat dideteksi secara fotografik dan bintang netron dengan teleskop radio, lubang hitam tidak akan pernah dapat kita lihat secara langsung!
Mengenali lubang hitam
Bila memang lubang hitam tidak akan pernah bisa kita lihat secara langsung, lantas bagaimana kita bisa meyakini keberadaannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, John Wheeler sebagai tokoh yang mempopulerkan istilah lubang hitam, memiliki sebuah perumpamaan yang menarik. Bayangkan Anda berada di sebuah pesta dansa di mana para pria mengenakan tuksedo hitam sementara para wanita bergaun putih panjang. Mereka berdansa sambil berangkulan, dan karena redupnya penerangan di dalam ruangan, Anda hanya dapat melihat para wanita dalam balutan busana putih mereka. Nah, wanita itu ibarat bintang kasat mata sementara sang pria sebagai lubang hitamnya. Meskipun Anda tidak melihat pasangan prianya, dari gerakan wanita tersebut Anda dapat merasa yakin bahwa ada sesuatu yang menahannya untuk tetap berada dalam "orbit dansa".
Demikianlah para astronom dalam mengenali keberadaan sebuah lubang hitam. Mereka menggunakan metode tak langsung melalui pengamatan bintang ganda yang beranggotakan bintang kasat mata dan sebuah objek tak tampak. Beruntung, semesta menyediakan sampel bintang ganda dalam jumlah yang melimpah. Kenyataan ini bukanlah sesuatu yang mengherankan, sebab bintang-bintang memang terbentuk dalam kelompok. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa di galaksi kita, Bima Sakti, terdapat banyak bintang yang merupakan anggota suatu gugus bintang ataupun asosiasi.
Telah disebutkan di atas bahwa medan gravitasi lubang hitam sangat kuat, jauh lebih kuat daripada bintang kompak lainnya seperti bintang “katai putih” maupun bintang netron. Dalam sebuah sistem bintang ganda berdekatan, objek yang lebih masif dapat menarik materi dari bintang pasangannya. Demikian pula dengan lubang hitam. lubang hitam menarik materi dari bintang pasangan dan membentuk cakram akresi di sekitarnya (bayangkan sebuah donat yang pipih bentuknya). Bagian dalam dari cakram yang bergerak dengan kelajuan mendekati kelajuan cahaya, akan melepaskan energi potensial gravitasinya ketika jatuh ke dalam lubang hitam. Energi yang sedemikian besar diubah menjadi kalor yang akan memanaskan molekul-molekul gas hingga akhirnya terpancar sinar-X dari cakram akresi tersebut. Sinar-X yang dihasilkan inilah yang digunakan oleh para astronom untuk mencurigai keberadaan sebuah lubang hitam dalam suatu sistem bintang ganda. Untuk lebih meyakinkan bahwa bintang kompak tersebut benar-benar lubang hitam alih-alih bintang “katai putih” ataupun bintang netron, astronom menaksir massa objek tersebut dengan perangkat matematika yang disebut fungsi massa. Bila diperoleh massa bintang kompak lebih dari 3 kali massa Matahari, besar kemungkinan objek tersebut adalah lubang hitam
.***

Sabtu, 03 Maret 2007

terumbu karang indonesia.....

Kekayaan terumbu karang Indonesia yang berkualitas sangat baik dan baik tinggal 6,04% dari total 85.707 kilometer persegi. Sedangkan yang sangat buruk mencapai 39,86% karena penangganan yang tidak benar. Elshinta Suyoso-Marsden dari Yayasan Laut Lestari Indonesia (YLLI) di Jakarta, Jumat, mengatakan, kondisi tersebut hendaknya jangan berlanjut. "Harus ada yang berbuat dan harus lebih banyak yang peduli agar kerusakan tidak semakin parah," katanya. Indonesia sebagai negara bahari memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Di kedalaman laut Indonesia tersimpan aneka macam hayati, seperti 450 jenis kerang batu, 2500 jenis moluska, 1512 jenis krustasea, 850 jenis spon, 745 jenis ekinodermata, 2.334 jenis ikan, 30 jenis mamalia laut dan 38 jenis reptilia laut.
''Jika semua itu ditambahkan dengan kandungan mineral dibawahnya, kekayan itu akan semakin berlipat-lipat," kata Elshinta. Kekayaan itu kini terancam punah karena adanya eksploitasi sumberdaya berlebihan dan penggunaan cara-cara tidak terpuji dalam mengambil hasil laut dengan menggunakan bom, racun dan pembangunan yang tidak mempedulikan kelestarian alam. Tahun 2004, YLLI mengadakan program Inisiatif Keberlanjutan Alam Nelayan (IKAN) Nusantara di Sangihe-Talaud (Satal) sebagai kelanjutan dari Mekanisme Konsultasi Publik (MKP) Satal sejak 2001. Di Satal terdapat 128 pulau dan 44 diantaranya berpenghuni. Di seputaran kepulauan Satal terdapat 445 jenis karang keras dari 70 genus dan 1.020 spesies ikan, sementara potensi kerusakannya alamnya juga tidak kecil.
Untuk memberi pemahaman kepada masyarakat di sekitarnya dan kalangan terpelajar (mahasiswa) YLLI mengadakan Kuliah Lapangan Musim Panas pada 8 Juli hingga 6 Agustus 2004 di Sangihe Talaud, Sulut, dengan melibatkan sekitar 30 mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Manado dan mahasiswa dari sejumlah universitas di kawasan timur Indonesia. Kuliah musim panas itu untuk memberi pengenalan kepada mahasiswa tentang pulau terluar atau biasa disebut pulau terpencil atas fungsi dan nilai strategisnya bagi bangsa, termasuk nilai ekonomi, pariwisata dan penjagaan kelestariannya. Kuliah itu disetarakan dengan empat SKS bagi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Keluatan Unsrat tahun terakhir. Pada minggu pertama mereka akan dibekali dengan pembekalan umum, minggu kedua dan ketiga pengumpulan data lapangan dan diakhir dengan presentasi serta diskusi dengan melibatkan masyarakat setempat. Kuliah tersebut juga diharapkan bisa meningkatkan potensi dalam mengelola wilayah pulau-pulau kecil di perbatsan utara Nusantara secara berkelanjutan dan terpadu. (Ant/O-